- Apa yang membuat sebuah film horor disebut overrated?
Ketika hype atau reputasinya jauh lebih besar daripada kualitas cerita, eksekusi, atau tingkat terornya. Apakah film overrated berarti jelek?
Tidak selalu; kadang film tetap menghibur, hanya saja tidak memenuhi ekspektasi besar.Apakah The Conjuring: Last Rites masih layak ditonton?
Ya, terutama bagi penggemar franchise, meski kualitasnya tidak sekuat film pertama.Apakah Wolf Man lebih fokus pada drama daripada horor?
Banyak penonton menilai demikian karena tensi horornya rendah dibanding fokus emosionalnya.Apakah HIM benar-benar horor sosial seperti film Jordan Peele?
Tidak. Peele hanya sebagai produser, dan filmnya tidak memiliki kedalaman tematik seperti karyanya.
6 Film Horor Paling Overrated Tahun 2025

- The Woman in the Yard: Metafora psikologis yang dominan membuat unsur horor supernaturalnya melemah.
- The Strangers: Chapter 2: Pengungkapan identitas para pembunuh bertopeng merusak elemen inti yang membuat The Strangers menakutkan.
- The Conjuring: Last Rites: Terornya terasa datar, alurnya lambat, dan villain utama tidak memberikan impresi kuat.
Tahun 2025 menghadirkan banyak film horor baru yang meramaikan bioskop dan layanan streaming. Namun, tidak semua karya yang dipromosikan besar-besaran mampu memenuhi ekspektasi penonton.
Sejumlah film justru dinilai terlalu dilebih-lebihkan atau overrated, baik karena konsep yang kurang dieksekusi dengan baik maupun cerita yang gagal memberikan teror yang dijanjikan.
Artikel ini membahas enam film horor 2025 yang dianggap paling overrated, berdasarkan ulasan kritikus dan respons penonton.
1. The Woman in the Yard

The Woman in the Yard awalnya tampak menjanjikan dengan premis keluarga yang diganggu sosok misterius berpakaian hitam di pinggir properti mereka. Ramona, seorang guru yang sedang berduka setelah kehilangan suaminya, mencoba melindungi anak-anaknya dari ancaman yang perlahan mendekat.
Film ini dipuji sebagian penonton karena pendekatannya yang simbolis tentang rasa bersalah dan depresi. Namun, masalahnya justru terletak pada hal itu, metafora psikologis yang terlalu dominan membuat unsur horor supernaturalnya melemah. Alih-alih menimbulkan ketakutan, cerita berubah menjadi drama emosional yang kurang menggigit sebagai film horor murni.
2. The Strangers: Chapter 2

Sebagai lanjutan dari The Strangers: Chapter 1 (2024), film ini seharusnya menawarkan teror baru yang lebih intens. Namun, The Strangers: Chapter 2 justru kehilangan identitas franchise yang dikenal karena misteri dan ancaman tanpa alasan.
Pengungkapan identitas para pembunuh bertopeng adalah keputusan fatal yang membuat aura mengerikan mereka hilang. Meski akting Madelaine Petsch dipuji, film ini hanya berisi rangkaian adegan perkelahian, jump scare klise, dan flashback membingungkan yang tak memperkuat cerita. Alih-alih menambah kedalaman mitologi, film ini justru merusak elemen inti yang membuat The Strangers menakutkan sejak awal.
3. The Conjuring: Last Rites

The Conjuring: Last Rites menjadi bab penutup kisah Ed dan Lorraine Warren. Mengambil latar pertengahan 1980-an, film ini menghadirkan Judy yang kini dewasa dengan kemampuan spiritual seperti ibunya.
Sayangnya, meski dihormati sebagai akhir yang emosional, film ini dianggap tidak mampu menandingi kualitas The Conjuring (2013) yang ikonik.
Terornya terasa datar, alurnya lambat, dan villain utama tidak memberikan impresi kuat. Walaupun ada sisi nostalgia untuk para penggemar lama, banyak kritikus menilai film ini kurang mencekam dan terlalu aman, sehingga menjadi penutup yang underwhelming bagi salah satu franchise horor terbesar era modern.
4. Wolf Man

Dengan sutradara Leigh Whannell yang sukses menggarap The Invisible Man (2020), ekspektasi terhadap Wolf Man sangat tinggi. Cerita tentang Blake dan keluarganya yang pindah ke pedesaan Oregon demi mencari ketenangan berubah menjadi teror ketika makhluk buas misterius menyerang.
Walaupun film ini populer di streaming dan didukung jajaran aktor berkualitas, reboot ini dinilai gagal menangkap kekuatan klasik The Wolf Man (1941).
Alurnya lambat, tensi horornya kurang terbangun, dan twist psikologisnya terasa dipaksakan. Hasilnya, film ini lebih terasa sebagai drama keluarga dengan bumbu horor daripada monster movie yang benar-benar menegangkan.
5. I Know What You Did Last Summer

Menghadirkan generasi baru korban sekaligus kembalinya Jennifer Love Hewitt dan Freddie Prinze Jr., film ini awalnya disambut penuh nostalgia.
Namun, eksekusinya justru membuat banyak penggemar kecewa. Ceritanya terasa terlalu mirip dengan versi 1997 tanpa pembaruan berarti, sementara skripnya lemah dan adegan pembunuhannya sangat mudah ditebak.
Meski ada cameo yang menyenangkan, film ini tak mampu menghadirkan ketegangan khas slasher klasik. Bagi banyak penonton, film ini bukanlah kebangkitan franchise, melainkan sekadar proyek yang mengandalkan popularitas masa lalu tanpa menawarkan sesuatu yang baru atau menakutkan.
6. HIM

HIM bercerita tentang Cam Cade, pemain football muda yang berharap dapat dibimbing sang legenda, Isaiah White. Namun, latihan ekstrem dan perilaku aneh sang mentor membuat suasana menjadi mencekam.
Film ini dipromosikan besar-besaran karena nama Jordan Peele sebagai produser, memicu ekspektasi akan horor sosial yang kuat. Sayangnya, alur ceritanya tak sedalam harapan. Banyak kritikus menilai film ini ambigu, tak fokus, dan gagal menyampaikan komentar tajam tentang harga ketenaran.
Meski demikian, akting Marlon Wayans dan Tyriq Withers tetap dipuji, menyisakan perdebatan apakah HIM adalah flop murni atau potensi kultus masa depan.
Deretan film horor 2025 ini membuktikan bahwa promosi besar, nama populer, atau nostalgia tidak selalu menjamin kualitas.
Banyak judul yang digadang-gadang sebagai hits justru dinilai overrated karena eksekusi cerita yang kurang kuat, pendekatan simbolis berlebihan, hingga kegagalan mempertahankan esensi franchise. Meski beberapa tetap memiliki nilai hiburan, keenam film ini menjadi contoh bahwa horor membutuhkan keseimbangan antara atmosfer, cerita, dan inovasi untuk benar-benar menakutkan.
FAQ


















