Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Waspada Modus Baru Terorisme, Rekrut Anak Lewat Game dan Media Sosial

Waspada Modus Baru Terorisme, Rekrut Anak Lewat Game dan Media Sosial
Sumber: Pixabay
Intinya sih...
  • Fenomena rekrutmen terorisme baru menargetkan anak-anak melalui game dan media sosial.
  • Propaganda disebarkan melalui platform terbuka seperti Facebook, Instagram, dan game online dengan format menarik.
  • Anak rentan terhadap pendekatan terorisme online karena faktor sosial, Polri mengusulkan empat langkah utama untuk memutus rantai rekrutmen terorisme yang menyasar anak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Fenomena rekrutmen terorisme terbaru dilaporkan menargetkan anak-anak melalui game hingga media sosial.

Dilansir dari IDN Times pada Rabu (19/11/2025), Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, menegaskan bahwa kelompok terorisme kini bergerak agresif di dunia digital.

Waspada Modus Baru Terorisme, Rekrut Anak Lewat Game dan Media Sosial
Sumber: Pixabay

Menurut Trunoyudo, propaganda awal biasanya disebarkan melalui platform terbuka dan mudah diakses.

"Propaganda pada awalnya didiseminasi melalui platform yang lebih terbuka seperti Facebook, Instagram, dan game online," ujarnya.

Ia juga menyebutkan bahwa propaganda yang disebarkan menggunakan format menarik, seperti video pendek, animasi, meme, hingga musik. Setelah berhasil mengidentifikasi calon target, para perekrut mulai beralih ke saluran pribadi.

"Setelah mengidentifikasi target potensial, mereka kemudian dihubungi secara pribadi atau japri melalui platform yang lebih tertutup dan terenkripsi seperti WhatsApp atau Telegram," tambah Trunoyudo.

Hasil asesmen Polri menunjukkan bahwa anak-anak sangat rentan terhadap pendekatan terorisme online karena berbagai faktor sosial. Contohnya seperti anak yang sedang berada dalam fase pencarian jati diri sering kali lebih mudah percaya, terutama ketika mereka merasa tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan terdekat.

Beberapa faktor kerentanan yang dimanfaatkan perekrut antara lain seperti korban bullying, kondisi keluarga broken home, kurangnya perhatian atau pengawasan orang tua, marginalisasi sosial, minimnya literasi digital, dan keterbatasan pemahaman agama.

“Salah satu kasus menonjol adalah peristiwa pengeboman yang kita ketahui, kejadian yang ada di SMA Negeri 72 Jakarta,” ujar Trunoyudo.

Ia menambahkan bahwa aksi tersebut merupakan salah satu contoh dari kasus dampak bullying dan pencontohan dari pelaku terorisme di luar negeri.

Waspada Modus Baru Terorisme, Rekrut Anak Lewat Game dan Media Sosial
Sumber: Pixabay

Berdasarkan evaluasi penanganan yang bisa dilakukan, Polri mengusulkan empat langkah utama untuk memutus rantai rekrutmen terorisme yang menyasar anak.

Pertama, perlunya langkah-langkah terstruktur untuk mengawasi dan membatasi pemanfaatan media sosial oleh anak di bawah umur.

Lalu secara kelembagaan, harus dibentuk Tim Terpadu Lintas Kementerian/Lembaga untuk fokus pada deteksi dini, edukasi, intervensi pencegahan, penegakan hukum, serta pendampingan psikologis.

Selain itu, perlu disusun Standar Operating Procedure (SOP) teknis bagi seluruh stakeholder sesuai mandate dan tupoksi masing-masing.

Terakhir, seluruh elemen masyarakat diminta untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi aktif guna memutus mata rantai rekrutmen atau pengaruh online yang merugikan anak.

Modus rekrutmen melalui dunia digital menjadi ancaman nyata di era modern. Dengan semakin luasnya akses anak terhadap internet dan game online, perhatian bersama menjadi kunci utama untuk mencegah penyebaran radikalisme sejak dini. Semua pihak diharapkan mengambil peran aktif agar ruang digital tetap menjadi tempat yang aman bagi anak-anak Indonesia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Valya Annisya
EditorValya Annisya
Follow Us

Latest in Gaming

See More

Waspada Modus Baru Terorisme, Rekrut Anak Lewat Game dan Media Sosial

19 Nov 2025, 19:10 WIBGaming