- Apa film Stephen Chow terbaik sepanjang masa?
Banyak penggemar menilai Kung Fu Hustle sebagai film terbaik Stephen Chow karena kombinasi komedi, action, dan emosi yang seimbang. - Film Stephen Chow mana yang paling lucu?
All for the Winner dan Fight Back to School sering dianggap paling lucu karena humor mo lei tau yang masih mentah dan sangat absurd. - Apa itu humor mo lei tau ala Stephen Chow?
Mo lei tau adalah gaya komedi nonsensikal, penuh dialog tidak logis, ekspresi berlebihan, dan punchline yang datang tiba-tiba. - Apakah film Stephen Chow cocok untuk penonton baru?
Sangat cocok, terutama Shaolin Soccer dan Kung Fu Hustle yang mudah dinikmati tanpa konteks budaya yang terlalu deep. - Urutan film Stephen Chow terbaik untuk pemula mulai dari mana?
Disarankan mulai dari Shaolin Soccer, lanjut ke Kung Fu Hustle, lalu mundur ke film-film awal seperti All for the Winner.
7 Film Stephen Chow Terbaik Ini Dijamin Bikin Ketawa Sampai Capek

- All for the Winner (1990) menampilkan Sing, pemuda polos dari daratan Tiongkok yang punya kemampuan supranatural.
- Fight Back to School (1991) membawa Stephen Chow ke situasi undercover paling nyeleneh, dengan keseimbangan antara slapstick dan satire.
- All’s Well, Ends Well (1992) mengambil latar perayaan Tahun Baru Tiongkok, dengan keseimbangan humor dan emosi serta ensemble cast-nya.
Stephen Chow adalah nama yang berhasil mengubah kekonyolan menjadi seni, film yang ia perankan kerap berisikan banyak lelucon absurd, aksi berlebihan, sampai satire pop culture pada zamannya yang begitu cerdas. Ditambah, film-filmnya itu ternyata terasa makin relevan hingga sekarang, karena penonton merindukan hiburan ringan yang tetap kreatif dan beda dari yang lain.
Lewat artikel ini, kami akan membedah film stephen chow terbaik yang sangat lucu sekaligus punya pengaruh besar dalam sejarah film Hong Kong.
1. All for the Winner (1990)

All for the Winner menampilkan Sing, pemuda polos dari daratan Tiongkok yang punya kemampuan supranatural, ia dapat melihat tembus pandang. Alih-alih jadi pahlawan, bakat ini justru dimanfaatkan pamannya untuk judi di Hong Kong.
Di sinilah benih humor mo lei tau Stephen Chow mulai terasa kuat. Leluconnya nonsensikal, sering nggak masuk akal, tapi malah bikin kita ketawa secara tanpa sadar. Di sepanjang film berjalan, kita mulai sadar bahwa film ini diciptakan seolah-olah sebagai parodi dari God of Gamblers.
Chemistry antara Stephen Chow dan Ng Man-tat benar-benar masterpiece. Relasi paman - keponakan mereka penuh dialog yang absurd, ekspresi berlebihan, dan timing komedi yang presisi. Banyak penonton mengingat film ini bukan karena plot judinya, tapi karena interaksi konyol yang terasa spontan dan hidup.
Ada juga sentuhan romansa yang tak terduga. Sing jatuh cinta pada tangan kanan musuhnya sendiri, yang mana menciptakan situasi canggung yang lucu sekaligus manis. Di tengah taruhan berbahaya, kisah cinta ini jadi bumbu yang menyeimbangkan kekacauan.
2. Fight Back to School (1991)

Fight Back to School membawa Stephen Chow ke situasi undercover paling nyeleneh, pasalnya ia ditugaskan menyusup ke sekolah demi mengambil kembali pistol curian.
Salah satu hal yang membuat film ini begitu ikonik di sepanjang jajaran film Stephen Chow ber-genre komedi lainnya adalah keseimbangan antara slapstick dan satire.
Chow bukan polisi jenius yang biasa kita lihat di film Hollywood. Ia ceroboh, malas, dan sering selamat dari berbagai hal karena keberuntungannya. Ketidaksempurnaan ini pun membuat karakternya terasa dekat dengan penonton.
Interaksi Chow dengan guru dan teman sekelasnya jadi ladang humor yang bisa bikin sakit perut karena jokes-nya sulit untuk ditebak.
Chemistry buddy-cop dengan rekannya juga tak kalah penting. Hubungan mereka dipenuhi oleh kesalahpahaman dan keputusan yang bodoh. Kombinasi aksi seadanya, humor mo lei tau, dan setting sekolah membuat film ini relevan bagi banyak penonton Hong Kong pada saat itu, bahkan tetap lucu meski ditonton sekarang.
3. All’s Well, Ends Well (1992)

All’s Well, Ends Well mengambil latar perayaan Tahun Baru Tiongkok, tetapi momen sakral itu justru dijadikan arena slapstick, drama cinta, dan kekonyolan berlapis.
Stephen Chow memerankan salah satu dari tiga saudara laki-laki dengan masalah asmaranya masing-masing. Karakternya adalah seorang DJ playboy yang sok romantis, gemar meniru gaya film Hollywood, namun malah terjebak di dalam hubungan paling aneh.
Daya tarik utama film ini ada pada keseimbangan antara humor dan emosi. Ada adegan-adegan cheeky yang memancing tawa, seperti ketika Chow harus merawat kekasihnya yang berubah perilakunya setelah cedera kepala. Situasi caregiving ini terasa canggung, konyol, tapi diam-diam juga terasa hangat.
Kekuatan lain datang dari ensemble cast-nya. Kehadiran aktor besar seperti Leslie Cheung dan Maggie Cheung memberi lapisan kedalaman cerita, sehingga membuat film jadi punya rasa kebersamaan yang kuat.
4. From Beijing with Love (1994)

From Beijing with Love adalah parodi terang-terangan terhadap film James Bond, tapi dibungkus dengan ciri khas Stephen Chow. Di sini, Chow berperan sebagai agen rahasia yang sama sekali tidak kompeten.
Ia dikirim untuk mengambil kembali artefak aneh berupa tengkorak dinosaurus, misi yang terdengar penting tapi dieksekusi dengan cara yang bisa bikin kita garuk-garuk kepala. Gadget-gadgetnya juga malah sering jadi sumber masalah baru.
Keseruan film ini sebenarnya terletak pada keberaniannya mengolok-olok ikon pop culture Western. Referensi ke seri 007 benar-benar terasa. Chow memelintirnya menjadi lelucon dengan punchline yang datang secara tiba-tiba.
Kolaborasinya dengan Anita Yuen menambah warna romansa. Hubungan mereka berkembang di tengah baku tembak dan dialog konyol. Romansa di sini juga sebenarnya merupakan bagian dari lelucon itu sendiri.
5. The God of Cookery (1996)

Di film The God of Cookery, Stephen Chow memerankan koki selebriti super arogan yang hidupnya runtuh setelah kedok kepalsuannya terbongkar. Dari puncak popularitas, ia jatuh ke jalanan, lalu perlahan membangun kembali dirinya dengan cara yang sama sekali tidak normal.
Humornya datang dari berbagai arah. Julukan-julukan aneh di dunia kuliner sampai dengan kompetisi masak yang sangat konyol. Ada momen di mana dapurnya sangat chaotic, seolah-olah memasak adalah duel antara hidup dan mati.
Itulah yang membuat film ini bertahan lama di ingatan banyak penonton, dan pantas masuk ke jajaran film Stephen Chow terbaik bagi penonton yang suka kisah zero-to-hero dengan bumbu komedi.
6. Shaolin Soccer (2001)

Di titik ini, Stephen Chow sudah tidak peduli lagi pada batasan genre. Shaolin Soccer adalah sebuah masterpiece jika imajinasi dilepas sepenuhnya, dimana di film ini ada elemen kung fu, sepak bola, komedi, dan efek-efek spesial yang digabung jadi satu tontonan menarik.
Ceritanya mengikuti mantan murid Shaolin yang kini bekerja sebagai pembersih jalanan. Ia bertemu eks pemain sepak bola yang kariernya hancur, lalu bersama-sama membentuk tim aneh berisi biksu dengan kemampuan bela diri tak masuk akal.
Daya tarik film ini ada pada keberanian visualnya.. Humornya yang ditawarkan tetap membumi karena datang dari karakter-karakter kikuk dan punya rasa percaya diri yang terlalu besar.
Untuk banyak penonton, inilah gerbang pertama mereka mengenal film Stephen Chow. Film ini berhasil membawa komedi Hong Kong ke panggung internasional tanpa harus kehilangan identitas lokalnya.
7. Kung Fu Hustle (2004)

Kung Fu Hustle merupakan film action berisikan banyak sekali punchline komedi yang tidak terduga. Di sini, Chow berperan sebagai Sing, penjahat kelas teri yang ingin bergabung dengan geng Kapak agar bisa hidup enak secara instan. Tapi keserakahannya itu justru membawanya ke kawasan kumuh yang ternyata dihuni para ahli kung fu.
Yang membuat film ini istimewa adalah skala aksinya. Tendangan yang super keras, aksi kejar-kejaran ekstrem, dan efek spesial berlebihannya hadir tanpa rem.
Mengambil setting di Shanghai era 1940-an, film ini berhasil menawarkan feel gangster yang kuat. Character development karakter Sing menjadi inti emosional yang membuat kita terus tertarik untuk mengikuti alurnya. Kami tidak ingin spoiler seperti apa perjalanannya, lebih baik kamu saksikan sendiri perjalanannya.
FAQ



















